Kadang - kadang, tapi tidak selalu, kita tidak perlu banyak berpikir untuk memutuskan sesuatu. Karena terlalu banyak berpikir membuat kita ragu, berekspektasi atas akibat - akibat yang mungkin muncul membuat kita takut melangkah. Kadang - kadang, tapi tidak selalu, kita cukup harus menguatkan hati untuk mengambil keputusan, meski kita sendiri tidak tahu apakah sudah siap dengan konsekuensinya.
Bagaimana jika keputusan itu berakibat menyakitkan? Sialnya, seringnya begitu. Bagaimana jika keputusan kita membuat kita banyak kehilangan atau ditinggalkan? Sialnya, kadang terjadi begitu.
Tapi, kepada siapa lagi kita bersandar jika bukan kepada Dia yang menjadi niat awal kita memutuskan sesuatu? Sakit itu akan ada akhirnya, entah melalui obat yang Dia kirimkan atau melalui kebesaran hati kita yang Dia hadiahkan. Berharap apa lagi lah kita dari - Nya, selain belas kasihan terhadap hati kita yang lagi - lagi menderita sebab kesalahan dan dosa kita sendiri? Apa lagi yang bisa kita jadikan senjata untuk memohon bantuan - Nya selain rasa iba dan sayang - Nya pada kita?
Duh, Rabb, sungguh tidak mudah untuk belajar menjadi tegas terutama ketika dosa - dosa sudah melumuri keberanian dan menutup mata akan kebenaran jalan.
Duh Rabb, kadang - kadang membuat keputusan yang dianggap benar itu menyakitkan, konsekuensinya membuat menderita. Sedikit yang membuat hati merasa lebih baik mungkin adalah kesadaran bahwa derita itu pasti muncul karena dosa - dosa. Duh Rabb, kasihanilah kami, orang - orang yang karena nafsu sendiri belum mampu menghindarkan diri dari dosa yang Kau benci.
Duh Rabb, kasihanilah kami, yang untuk berbuat tegas dan benar saja harus tertatih - tatih penuh derita sebab sambil menyeret beratnya dosa