Selagi Aku Masih Bisa…
Aku adalah seorang wanita yang masih dibilang sangat labil, perjalanan hidupku yang tidak semulus seperti yang Aku harapkan menjadi salah satu alasan mengapa Aku kadang bersifat seperti anak-anak dan kadang bersifat sok dewasa.
Seperti halnya kehidupan Aku yang banyak masalah, ternyata kehidupan cintaku juga kian banyak menghadapi masalah. Entahlah, itu hanyalah perjalanan cinta monyet yang seperti orang-orang bilang waktu itu.
Perjalanan cintaku yang awalnya manis bahkan sangat manis kini mulai banyak diterjal masalah. Tapi Aku sadar, ini mungkin Cuma akibat dari sifat labil dan tidak konsisten yang Aku miliki. Aku menjalin hubungan dengan seseorang, Aku mengenalnya tidak lama setelah Aku bekerja di sebuah perusahaan milik saudara dekatnya. Awalnya Aku mengira ini Kami hanyalah menjalin persahabatan, tapi entah mengapa Aku yang cerewet, tidak mudah jatuh cinta, dan tidak mudah move on bisa jatuh cinta pada seseorang yang baru Aku kenal tidak lebih dari satu bulan lamanya.
Heran, tapi inilah yang Aku alami. Aku yang pada mulanya menjalin hubungan jarak jauh dengan kekasih lamaku, Aku justru mudah berpaling dengan seseorang itu dan bahkan membuat Aku nyaman dan mulai jatuh cinta padanya.
Memang benar kata pepatah Jawa “witing tresna jalaran saka kulina” yang artinya cinta tumbuh karena terbiasa. Iya, Aku yang terbiasa bertemu dengannya, terbiasa ngobrol dengannya, terbiasa bercanda dengannya memunculkan benih-benih cinta dalam hati Aku. Dari sekian banyaknya laki-laki yang pernah menjalin hubungan denganku,mungkin dia adalah satu-satunya yang sudah memegang restu kedua orang tuaku, dan bahkan semua keluargaku. Entahlah, mungkin karena dia baik, dia ramah, dia sopan, dan dia mudah akrab dengan siapapun.
Aku pikir, ini memang pilihan yang tepat untuk menjalin hubungan dengannya kemudian melupakan seseorang yang banyak menyakitiku. Aku pikir inilah pilihan terbaik untuk bisa lebih bahagia untuk kehidupan yang akan datang. Tapi entahlah,, kebahagiaan itu semakin hari semakin berkurang dan berubah menjadi deraian air mata. Godaan hingga masalah tiap hari kian banyak menguji perjalanan cintaku.
Masalah tersebut adalah hal sangat sepele, bahkan mungkin siapapun tidak akan membahasnya, hanya karna Aku yang tidak diberikan waktu untuk berdua.
Namun meskipun kian banyak masalah yang menimpa perjalanan cintaku, aku pun bertekad dalam hati “SELAGI AKU MASIH BISA akan aku jalani”.
Suatu hari saat Aku mulai merenung karena masalah yang menimpaku tersebut, tiba-tiba ada suara lirih menanyakan sesuatu padaku..
“Cik, Kamu kenapa? Reza sakitin Kamu lagi?” “Ngga kok ris, Aku Cuma lagi bad mood aja” “jangan bohong cik, Aku tau kok dia kaya gimana ke Kamu” “mmmmmmmm..”
Aku coba terdiam, meskipun Aku tau tanpa harus Aku cerita apapun ke riska dia pasti akan tau apa yang Aku rasakan.
Aku fikir dengan Aku diam, Aku tidak melawan ini akan menghilangkan perasaan sakit hati yang Aku rasakan karena reza. Tapi ternyata Aku salah, semakin Aku terdiam justru semuanya terasa amat sangat dan sangat sakit. Bahkan Aku pun tak sanggup lagi untuk menahan tetesan air mataku. Semakin Aku diam, semakin Aku sakit dan semakin Aku banyak meneteskan air mata.
Entahlah, Selagi Aku Masih Bisa akan Aku jalani..
Meskipun banyak sekali orang yang bilang “sudahlah cari yang lain saja, sudahlah lupakan, sudahlah akhiri saja hubungan kalian daripada Kamu semakin sakit dan bla bla bla” tapi Aku rasa Aku tidak bisa lakukan itu,, rasa sayang yang Aku rasakan, rasa cinta yang Aku miliki masih mampu mengalahkan rasa sakit yang Aku alami. Bahkan semakin Aku disakiti semakin Aku takut kehilangan dan semakin besar cinta yang Aku miliki.
Hubunganku dengan Reza kadang baik dan kadang tidak, kadang saling curi pandang hanya untuk senyum, kadang tertawa bareng, tapi tak jarang juga Kami saling diam hanya karena masalah sepele. Kadang Aku sadar, bahwa semua masalah yang Aku hadapi saat ini tidak lain karna masalah Aku sendiri. Aku yang memiliki sifat labil, seringkali Aku merasa cemburu yang berlebihan, sakit hati karena hal sepele, dan bahkan seringkali Aku membahas masalah yang bagi semua orang tidak penting.
Waktu libur kerjaku yang terbatas hanya satu minggu sekali ternyata juga mempengaruhi hubunganku dengannya, Aku dan dia yang sama-sama sibuk dengan pekerjaan membuat Aku dengannya kehilangan waktu untuk berdua, bahkan untuk sekedar ngobrol privasipun terasa amat jarang. Aku memaklumi hal itu karna Aku dengannya sama-sama bekerja di tempat yang sama dan masih bisa bertemu setiap hari. Aku rasa itu saja yang harus Aku maklumi, tapi ternyata tidak karena justru Aku harus memakluminya satu kali lagi saat dia harus menghabiskan waktu liburnya untuk teman-temannya, dan Aku sadar bahwa “waktu yang dimilikinya bukan hanya untukku tapi juga untuk orang lain”.
Tidak apa-apa.. Aku kuat. Sekali lagi Aku kuat karena selagi Aku masih bisa akan Aku jalani.
Waktu libur itu..
“Besok kita jalan ya yank”ajakku padanya.. “ya sayank, besok kita jalan tapi jangan jauh-jauh yang sayang” “iya sayang”.. esoknya tepat di hari libur itu, Kami jalan berdua menghilangkan seluruh masalah yang menyelimuti Kami. Meskipun tak lama, tapi Aku bahagia karena setidaknya rasa penat rasa sakit itu kian hilang perlahan.
Aku fikir, dengan Aku jalan dengannya rasa sakit yang aku rasakan hilang. Tapi semua kembali setelah aku sampai dirumah.
Hmmm..
Begitu setiap harinya.. kadang sedih kadangpun nangis.
Hahaha gatau ini awalnya cerpen tapi kok kaya curhat yaaa.. wkwk..
Semoga kita selalu bahagia.. aamiin