Katamu, ''aku memang pernah dekat dengan beberapa wanita, tapi aku ingin kamu yang akan menjadi pendampingku kelak'' Hati wanita mana yang tak tersentuh mendengarnya.
Tatapanmu yang meyakinkan dan semua kebaikan yang selama ini kau tunjukkan, membuatku tak habis-habis mengucap syukur pada ALLAH untuk sebuah pertemuan yang dahulu pernah Ia takdirkan. Kau adalah harapan yang menemukan jawaban.
Aku bersyukur karena doa-doa
yang kupanjatkan siang malam akhirnya
dikabulkan Allah. Saat masih berpacaran denganmu, sering gundah
datang dalam hati. Ingin selalu bersama, tapi kita masih ada pembatas.
Akhirnya,ALLAH mendengar harapku. Segala keinginan sederhana tentang kita kini bisa menjadi nyata. Aku dan kau tinggal satu atap bersama. Makan di meja yang sama, bahkan tidur satu ranjang berdua.
Bagiku, menikah denganmu seperti sedang bermimpi. Memilikimu yang kini mendampingi hari-hari, jadi salah satu yang tak henti-henti aku syukuri. Ketulusanmu memang bukan sekadar kata- kata. Layaknya suami siaga, kau selalu berusaha memberikan segala yang terbaik yang kau bisa.
Saat kata “sah” dari penghulu terucap, aku bahagia melihat raut wajahmu yang seketika lega. Mimik tegang saat mengucap akad nikah itu sekelebat berganti wajah bahagia. Aku pun merasakan yang sama, Sayang. Kita memang sama-sama menanti hari dimana semua proses pacaran ini bermuara.
Meski segalanya telah kau persiapkan dengan baik sebagai upayamu memantaskan diri, aku menyadari jika banyak hal yang harus kau tanggung kelak. Perkara memenuhi kebutuhan rumah tangga, menjadi pemimpin keluarga, dan contoh baik bagi anak-anakmu setelah kelak mereka terlahir ke dunia.
Tapi aku bersyukur kau bukan orang yang mudah menyerah. Kau bukan orang yang mudah mengeluh untuk melakukan semuanya demi kita. Tak henti aku berdoa, agar kau tetap kuat menjalani tugasmu sebagai kepala keluarga.
Tak sekadar perkara dunia yang jadi perhatianmu. Kau pun terus memperbaiki diri demi jadi imam terbaik bagi istri dan anak-anakmu. Tak hanya dunia yang kau kejar, target surga bahkan tak kalah kau perjuangkan. Pesan orang tuaku padamu yang cukup sederhana tetap kau pegang erat.
Kau diminta untuk bisa mengingatkanku agar tetap giat beribadah. Sebagai suami, kau juga ingin menuntaskan niatanmu untuk bisa menjadi imam yang baik untukku dan keluarga kecil kita. Bagaimana bisa aku tak mengucap syukur atas nikmat tak terkira yang allah berikan.
Saat kau membuka kedua matamu di pagi hari, dalam hati aku berkata: Kau adalah sosok laki-laki baik yang mampu menjaga prinsipmu. Selain mencukupkan segala yang keluargamu butuhkan, perkara kehidupan setelah mati juga terus kau perjuangkan. Aku pun hanya bisa berdoa, semoga Allah memberikan ganjaran yang tak berbatas untukmu, Sayang.
Suamiku, terima kasih untuk cinta dan kasih sayang yang kau beri. Harapanku semoga kita bisa bersama hingga maut memisahkan nanti. Terima kasih telah bersedia menjadi pelengkap dalam hidupku. Menutupi segala kekuranganku dengan segala kelebihanmu.
Terima kasih telah membuatku merasa menjadi wanita yang paling beruntung di dunia. Kau yang tak banyak menuntut dan mau menerima segala kekurangan yang kupunya. Sayang, mungkin kau tak pernah tahu bahwa di setiap solatkuu selalu ada namamu yang kusebut.
Doaku semoga kau selalu sehat dan bahagia. Semoga kau diberi umur panjang agar bisa terus mendampingiku. Dan semoga aku selalu merasakan bahagia yang sama saat bersamamu