Aku bersiap-siap untuk menunggu kedatangan Alvin yang menemuiku, terakhir ia memberi kabar padaku bahwa ia akan datang ke tempatku pagi-pagi. Tapi entah mengapa waktu sudah menunjukkan pukul 1 siang, dan tidak ada satu pun pesan darinya. Setelah penat Aku menunggu kedatangannya, tiba-tiba ponselku berbunyi.
“vin, Aku udah sampe terminal, Aku nggak tau rumah Kamu, jemput Aku ya”
Aku yang baru saja membaca pesan tersebut merasa jantungku sudah mau copot, hihii.. mungkin karena Aku merasakan jatuh cinta sama Dia. “iya Aku jemput Kamu di situ ya, tunggu Aku nanti Aku datang” Aku pun langsung bersiap-siap untuk menjemputnya menggunakan sepeda motor yang telah Aku siapkan.
15 menit kemudian Aku telah sampai di terminal bertemu dengannya. “hai vin” “hai juga alvin” Aku kemudian langsung mengajaknya untuk menuju tempat penginapan yang nantinya akan Dia sewa untuk 1 malam nanti.
Sesampainya di tempat penginapan, setelah memesan kamar kemudian Aku mengajaknya untuk datang ke rumahku. Dia membawa beberapa helai pakaian yang nantinya akan dikenakan setelah mandi.
Di rumahku, Dia mengakrabi ibuku yang tentu saja sudah mengenalinya namun baru pertama kalinya bertemu. Obrolan Kami berlanjut hingga beberapa saat, Kami bercanda, Kami mengobrol ria, dan Kami tidak merasakan canggung sedikitpun. Kami mengobrolkan berbagai hal yang sebelumnya tidak pernah Kami obrolkan. Berbicara kesana kesini hingga tak terasa waktu sholat ashar telah tiba. Kami melaksanakan sholat ashar berjamaah.
Setelah melaksanakan sholat Ashar berjamaah.. “vin kita pergi yuk” “kemana Alvin” “ya kemana aja kita pergi gitu” “oh yaudah Aku siap-siap dulu ya” “iya” Kami pun bergegas untuk pergi berdua saja, perjalanan Kami nikmati berdua, Kami bercanda ria untuk menghabiskan waktu sore santai Kami. Setelah waktu petang datang Kami pun pulang untuk makan dan menjalankan sholat maghrib.
Malam harinya, Kami pun kembali menghabiskan waktu berdua. Kami duduk santai di tempat-tempat biasa anak muda duduk di sana. Layaknya seperti muda-mudi yang lain Kami duduk hanya berdua saja mengobrol kesana-kemari sambil tertawa dan menghilangkan segala kepenatan Kami. “sudah malam ayo kita pulang” Dia mengantarku pulang ke rumah, kemudian Dia kembali ke tempat penginapan yang sebelumnya telah dipesan.
Keesokan harinya..
“sayang” bunyi pesannya pagi itu. “iya sayang” “Aku ke rumah Kamu ya” “iya sayang nanti ya setelah Aku mandi soalnya Aku belum mandi” “ya sayang” setelah mandi dan bersiap-siap Dia datang ke rumah dan menghabiskan waktu siang itu di rumah Kami. Tidak ada hal yang tidak Kami bicarakan bahkan hampir semuanya Kami obrolkan untuk menghilangkan kerinduan dan menambah keakraban yang sebelumnya tidak pernah Kami rasakan. 1 Jam, 2 jam, hingga tak terasa hampir jam 11 siang. Karena hari itu adalah hari jum’at Dia pun memutuskan untuk kembali ke tempat penginapan dan melaksanakan sholat jum’at di masjid terdekat. Usai sholat jum’at karena jatah waktu penginapannya telah usai Dia menjemputku untuk membantu membereskan semua barang-barangnya kemudian kembali ke rumahku.
Dia ke rumahku untuk makan siang dan kembali menghabiskan siang itu di rumahku. Aku yang merasakan sayang padanya rasanya tidak ada rasa keberatan sedikitpun dalam diriku untuk menyuguhkan berbagai keperluan dirinya selama ada di tempatku.
“sayang makasih ya udah mau menerimaku di sini, Aku sayang sama Kamu” “iya sayang sama-sama, makasih juga udah nyempetin waktu untuk ke sini” tidak terasa waktu waktu sudah menunjukkan pukul 3 sore. Karena cuacanya mendung dan hari itu juga Dia harus pulang ke rumahnya di semarang membuatnya harus bersiap-siap saat itu juga. “sayang Aku pamit ya, makasih untuk hari kemarin dan hari ini” “iya sayang sama-sama, Kamu hati-hati ya di jalan semoga selamat sampai tujuan. Makasih sayang..
Hari itu juga Dia pulang untuk kembali ke kotanya. Bersyukurnya Aku Karena Aku bisa bertemu dengannya walaupun cuma sebentar. Setelah ia kembali ke rumahnya, Aku menghubunginya untuk memastikan dirinya sudah sampai dengan selamat hingga rumah.
Beberapa hari setelah ia kembali ke rumahnya, Kami seperti biasanya melakukan hubungan lagi dengan hubungan jarak jauh. Kembali menghubunginya melalui bbm, kembali mendengar suaranya dengan melalui telephone, dan kembali melihat wajahnya hanya melalui foto. Meskipun begitu Kami tetap merasakan bahagia.
Namun hal itu tidak terjadi lama, hubungan Kami pun mulai merenggang, Aku yang kembali sibuk dengan pekerjaan dan ia yang kembali menghabiskan waktu untuk bekerja membuat Kami sama-sama sibuk dengan pekerjaan Kami. Alhasil, kami tidak bisa saling memberi kabar setiap waktu, Kami tidak bisa saling menyapa setiap detik.
Suatu hari, Alvin hari itu berbeda dengan Alvin yang Aku kenal, ia begitu cuek, ia tidak mengabariku bahkan ia kembali tak membalas sms maupun bbmku. Fikirku mungkin ia sibuk dengan pekerjaannya sehingga tidak sempat untuk menghubungiku. Namun hal yang tidak Aku inginkan terjadi, setelah seminggu lamanya dia tidak membalas semua pesanku, Aku pun menyelidiki apa penyebab dari semua ini. Ia yang Aku kenal ramah, perhatian, kini ia berubah menjadi dingin, dan bahkan sangat dingin seperti tak mengenali Aku.
Setelah Aku menyelidikinya, tertanggal 31 juli tepatnya semenjak ia tak mengabariku ternyata ia tengah berkenalan dengan seorang gadis. Gadis itu, Aku tak mengenalnya sama sekali, Aku tak pernah melihatnya sama sekali, bahkan Aku tak pernah mendengar namanya. Baru kali ini Aku mendengar suaranya, Aku menyelidiki siapa dia? darimana dia? Kenapa dia bisa dekat dengan Alvin? Ternyata di adalah sahabat lamanya. Sahabat SMAnya yang baru saja melakukan operasi kanker yang dialaminya.
Ia baru melakukan operasi kanker payudara yang telah lama ia rasakan, mungkinkah karena itu Alvinn dekat dengannya? Mungkinkah karena kasihan? Ah mungkin tidak, tapi kenapa dia sampai begitu dekatnya dengan Alvin bahkan hingga semua status media sosialnya berhubungan dengannya.
Kegalauanku ternyata tidak berujung, Aku kembali merasakan sakit yang teramat sakit. Awalnya Aku berfikir bahwa Alvin adalah orang yang tepat untuk menggantikan posisi mantan pacarku yang telah mengkhianatiku dulu, tapi ternyata semua yang Aku pikirkan berbeda dengan kenyataan. Aku yang menunggunya menghubungiku waktu itu pun tiba. Sewaktu Aku membuka facebook, ada pesan darinya. Pesan itu berbunyi
“Maafkan Aku vin, Aku ngga pernah menghubungimu selama ini, bukan karena Aku ingin menghilang darimu, Aku hanya tAkut jika Aku menghubungimu justru akan membuat Kamu sakit. Tapi ternyata dugaanku salah, Aku yang tidak pernah menghubungimu ternyata membuat Kamu semakin sakit. Maafkan Aku vin, Aku tidak bisa kembali menjalin hubungan ini sama Kamu. Karena nanti Aku akan menikah dengan temen SMAku, Aku saat ini telah menjalin hubungan dengannya selama tidak berhubungan denganmu. Aku tau Kamu sakit, tapi Aku nggak bisa terus-terusan menghindar dari Kamu. Sekali lagi Aku minta maaf vin, semoga Kamu tidak memutuskan tali silaturahmi denganku yah vin”
Hatiku rasanya hancur berkeping-keping, Aku merasakan sakit yang teramat sakit. Dia telah berhasil membuat Aku sayang kepadanya, Aku telah berhasil dibuatnya terbang tapi dia justru menjatuhkannya kembali dengan keras.
Tapi, nasi telah menjadi bubur. Aku tidak bisa berketergantungan dengannya lagi, Aku harus menjalankan kehidupanku lagi. Terimakasih Alvin, setidaknya Kamu pernah berada di hatiku, Kamu pernah menghampiriku, dan pernah melukiskan kebahagiaan walaupun cuma sebentar. Aku bahagia bisa mengenalmu. Terimakasih.. Semoga Kamu bahagia yah Alvin dengan sahabat lamamu. Sahabat SMAmu itu