“Hai Ris” sapa seseorang memecahkan lamunanku.
“Melamun aja Kamu, udahlah jangan mikirin Dia terus.. ini udah mau ujian nanti malah Kamu terganggu saat ujian kalo Kamu mikirin Dia”
“iya Aku udah berusaha untuk melupakan Dia, tapi 3 tahun itu belum bisa Aku lupakan na, Aku butuh proses untuk melupakan Dia”
“ya udah Ris, Aku ngga bisa bantu apa apa Ris, semoga Kamu cepet melupakan Dia ya”
“iya makasih ya nana”
Aku yang saat ini duduk di bangku SMA kelas 12 tentu saat-saat inilah yang seharusnya Aku manfaatkan untuk belajar lebih giat mempersiapkan ujian. Tapi yang ada justru Aku sibuk dengan kegalauanku.
“Ah ya sudahlah, kalau Aku begini terus Aku pasti tidak akan tenang, Aku harus melangkah, Aku harus move on” teriakku di dalam kamar.
Memang, 3 tahun yang lalu tepatnya di bulan april seseorang bernama rendy yang Aku kenal di bangku SMP menyatakan cintanya Padaku. Dia yang baru saja lulus dari sekolah menengah pertama menginginkan untuk menjalin cinta denganku.
Bukan yang pertama Aku menjalin hubungan itu, namun yang Aku rasakan berbeda saat Aku menjalin hubungan dengannya.
Kami menjalani hubungan yang biasa-biasa saja, namun ketika ia memutuskan untuk bekerja semua terasa berbeda, Dia tidak lagi perhatian denganku, Dia sibuk dengan pekerjaannya dan Dia mulai tidak ada waktu untukku. Aku yang baru saja masuk di sekolah menengah atas berusaha untuk selalu mengerti dirinya, Aku mulai menyibukkan diri dengan kegiatan sekolahku. Aku menjalani hubungan tanpa bertemu, dan bahkan mungkin hanya ketemu dalam setahun 2 kali. Bagiku Aku tak mengapa menjalani semua itu, tapi apa yang Dia lakukan setelah Aku mencoba memahaminya selama 3 tahun lamanya?
Tepat 31 agustus lalu, Dia memintaku untuk mengakhiri hubungan ini. Dia menginginkanku untuk melepaskan Dia untuk orang lain. Aku tak mengerti, kenapa semua terjadi Padaku? Apa yang salah denganku mengapa Aku yang berusaha sabar justru dibalas dengan hal yang tidak menyenangkan untukku? Ah ya sudahlah. Lupakan semua itu!!
Setelah Aku mengakhiri hubunganku itu, Aku mulai menjalani hidupku dan berusaha untuk membiasakan diri hidup tanpa dirinya dan memfokuskan untuk belajar lebih giat lagi untuk Ujian Nasionalku.
“Hai Ris.. udah siap ujiannya? Belajar bareng yuk?”
“eh nana, ayo kita ke perpus belajar bareng yang lain”
“Ayo”
Hari itu 22 April 2015 satu hari sebelum Ujian Nasional Aku berusaha untuk tidak mengingat semua tentang masalah pribadiku. Aku melupakan semuanya dan Aku berusaha untuk focus menjalani kehidupanku di hari esok.
Hari penentuanku tiba..
Aku dan semua teman seangkatan sekolahku menjalani ujian Nasional dengan tenang. Kami berusaha untuk mengerjakan semua soal mata ujian dengan baik. Alhamdulillah selesai..
“Lega yah na, kita udah ujian, tinggal nunggu pengumuman, insya Allah lulus dehh..”
“iya dong Ris, pasti lulus lah, kan kita udah belajar, hehehe”
“iya nana, makasih yah udah support Aku padahal Aku kemarin lagi banyak masalah tapi Aku sekarang udah melupakan semuanya, Kamu sahabat terbaikku nana”
“ah Kamu bisa aja, sama-sama Riska, kan kita harus saling support”
“hehe iya, ayo pulang”
1 Bulan berlalu dan tidak terasa hari itu Kami semua siswa merayakan kelulusan Kami, tepat di 23 Mei 2015 Kami menjalani acara wisuda kelulusan Kami. Kami mengenakan kebaya dengan make up cantik yang menghias wajah Kami. Oh Tuhan.. Terimakasih sudah meluluskan Kami semua..
Satu hari yang sangat special itu mungkin menjadi hari terakhir Kami kumpul di sekolah Kami. Kami kini berbeda, menjalani kehidupan masing-masing. Jangankan untuk bertemu, berkomunikasi lewat media sosial pun rasanya sangat susah. Tapi tak apalah, mungkin Mereka jalannya untuk menjalani kuliah sedangkan Aku harus bekerja dan menjalani kehidupanku sendiri.
Tak terhitung lamanya Aku berdiam diri di rumah tanpa melAkukan aktivitas apapun, Aku yang menginginkan untuk melanjutkan pendidikanku ke perguruan tinggi harus merelakan untuk berhenti karena masalah biaya. Tapi tak apa, Aku berjanji untuk dapat melanjutkan kuliah di hari yang akan datang.
Akhir dari masa pengangguranku Aku akhiri dengan memutuskan untuk kerja di salah satu perusahaan swasta yang ada di sekitar rumahku. Aku memulai dunia kerjaku, awalnya Aku merasa takut untuk memulai kerja pertamAku, tapi akhirnya Aku bisa melakukan awal-awal percobaan kerja yang selama ini Aku bayangkan.
“Hai mba, Aku Dewi.. selamat datang di kerjaan ini”
“hehe iya wi, thanks yak”
“oke, ayo kerja”
Aku dan Dewi kini mulai kerja dengan santai tanpa memikirkan masa lalu, tanpa memikirkan masalahku di rumah. Aku bahagia menjalaninya. Tapi Aku tau semua itu memang harus dilAkukan dengan sabar, harus tekun biar semua bisa dilAkukan dengan mudah.
Alhamdulillah, setelah satu bulan lamanya Aku kerja, ada seorang cowok ganteng yang kini bekerja di tempatku bekerja. Dia ferry, Dia adalah anak dari kota seberang yang merantau untuk mencari rezeki di sini. Aku berkenalan dengannya, yang awalnya Aku malu-malu kini Aku terbiasa dengan suasana pekerjaan yang bisa dibilang hal yang sangat baru.
“Ris.. Aku nyaman sama Kamu.. Aku sayang sama Kamu” ucapnya sebulan setelah Aku berkenalan dengannya.
“Hah, kok gitu”
“kenapa? Kamu kaget ya?”
“nggak sih, Cuma bingung aja. Secepat itu Kamu bilang kaya gitu?”
“Emang kenapa Ris?”
“Nggak papa kok.. hehe”
Aku yang kagetnya bukan kepalang mendengar ucapannya itu, merasa aneh dengan semuanya. Aku mulai tak fokus lagi, Aku lebih sering memikirkan dirinya. Aku justru sering memikirkan Dia sampai terbawa mimpi. Apa mungkin Aku jatuh cinta padanya? Aku tak yakin dengan semua perasaanku, pasalnya Aku hanya baru genap 1 bulan lamanya mengenal dirinya, tapi jika Aku tidak mencintainya Aku sering memikirkan dirinya itu. Dia memang cowok ganteng yang sering Aku idamkan saat Aku sekolah dulu, Aku menginginkan memiliki seseorang yang tinggi, putih, penyayang, dan sabar. Semua yang Aku cari ada di Dia.
Akhirnya Aku dan Dia kini telah resmi berpacaran. Hari demi hari Kami jalani bersama di tempat kerja, Kami menjalani kehidupan dengan sangat romantis. Hari, minggu, bulan hingga bertahun-tahun lamanya Kami berpacaran Kami selalu berbagi canda tawa setiap hari, Aku bahagia dengannya dan Aku hidup selamanya dengannya dalam rumah tangga. Terimakasih Tuhan Telah menciptakan seseorang seperti Dia untukku
Intinya jika ingin mendapatkan seseorang yang kita inginkan jangan mudah menyerah, karena jodoh tidak akan pernah tertukar
Cerpen Karangan: Wentyand
Facebook: Wenty Prihatin